ask dr laurier

Punya pertanyaan seputar kewanitaan dan Menstruasi?

Girls, Pernah Dengar Istilah Sindrom Asherman?

Girls, Pernah Dengar Istilah Sindrom Asherman?

15 Aug 2023

Girls, Pernah Dengar Istilah Sindrom Asherman?

Tahukah kamu dengan sindrom asherman? Walau jarang sekali terjadi, namun kondisi langka ini dapat menyerang organ reproduksi wanita. Lantas, apa yang dimaksud sindrom asherman? Yuk, cari tahu selengkapnya di artikel ini!

Pengertian Sindrom Asherman

Melansir dari ClevelandClinic, sindrom asherman (perlengketan rahim) merupakan kondisi yang terjadi karena terbentuk jaringan parut (adhesi) di bagian rahim. Kondisi ini menyebabkan dinding rahim menjadi menebal dan saling menempel sehingga membuat ukuran rahim mengecil.

Nama lain dari kondisi ini adalah Intrauterine Adhesions (IUA), Uterine Synechiae, dan Intrauterine Synechiae. Yang mana, kondisinya sendiri jarang terjadi, termasuk langka, dan bukan bawaan dari lahir. Penderita sindrom asherman tetap bisa hamil walau peluangnya sedikit. Tapi, ketika hamil penderitanya berpotensi mengalami keguguran karena adanya perlengketan rahim yang membuat janin jadi tidak berkembang.

Selain itu, penderitanya juga berpotensi mengalami beberapa kondisi, seperti:

  • pendarahan yang berlebihan,
  • plasenta akreta (kondisi di mana plasenta tumbuh terlalu dalam pada dinding rahim),
  • plasenta previa (kondisi ketika plasenta berada di bagian bawah menutupi jalan lahir),
  • berat badan bayi rendah,
  • keguguran berulang, dan lainnya.

Baca Juga: Girls, Pernah Dengar Istilah Turner Syndrome?

Penyebab Sindrom Asherman

Sebagian besar kasus sindrom asherman terjadi karena melakukan prosedur kuretase atau dilatasi. Di mana, tindakan ini lazim dilakukan pada beberapa kondisi, seperti:

  • retensi plasenta (plasenta tidak mau terlepas dari rahim setelah persalinan),
  • abortus inkomplit (keguguran dengan sebagian plasenta masih tersisa di rahim), serta
  • abortus yang dilakukan atas saran medis.

Selain itu, terjadinya sindrom asherman juga bisa disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya:

  • Trauma pada rahim karena terjadi pengikisan dinding rahim,
  • Pernah melakukan prosedur pengangkatan miom (benjolan yang tumbuh di bagian dinding rahim luar maupun dalam),
  • Menderita endometriosis (kondisi yang menyebabkan jaringan pada dinding rahim tumbuh di luar rahim),
  • Pernah menjalani operasi caesar dengan dilakukan penjahitan rahim untuk menghentikan pendarahan.

Related Articles

Motherhood
15 Apr 2020

Kenali Gejala Infeksi Virus Corona pada Ibu Hamil

Dalam situasi seperti sekarang ini, semua orang memang harus lebih waspada terhadap kesehatan dan ke...
Motherhood
24 Oct 2023

Yuk, Berikan Sex Education yang Tepat Sesuai Usia Anak!

Dulu, sex education dianggap sebagai sesuatu yang tabu atau tidak boleh dibicarakan, apalagi secara ...
Motherhood
13 Nov 2020

Cara Menghitung Siklus Haid untuk Mengetahui Masa Subur

 Kalau Moms dan suami ingin punya buah hati, penting untuk lebih dulu mengatur "strategi&q...