Fibroid Rahim, Seberapa Bahayakah Kondisi Ini?
Fibroid rahim atau yang lebih dikenal dengan nama miom adalah salah satu bentuk gangguan pada organ reproduksi perempuan. Sayangnya, dua dari tiga perempuan dengan kondisi ini tidak menyadari bahwa mereka sudah memiliki miom lantaran tidak ada gejala yang signifikan.
Apakah berbahaya apabila didiagnosa miom oleh dokter? Yuk, cari tahu jawabannya dalam kelanjutan artikel ini!
Penyebab Miom
Fibroid rahim (miom) merupakan pertumbuhan otot dan jaringan fibrosa bukan kanker di area dalam atau sekitar rahim. Perkembangan benjolan ini biasanya terjadi pada usia subur (15–49 tahun), dengan ukuran yang bervariasi antara satu orang dengan orang lain.
Meski penyebab pastinya masih belum diketahui, beberapa penelitian dan pengalaman pasien menunjukkan bahwa faktor-faktor berikut adalah pemicu miom:
- Hormon. Hormon estrogen dan progesteron, dua hormon yang merangsang perkembangan lapisan rahim pada setiap siklus menstruasi, adalah faktor pemicu yang paling sering dikaitkan dengan miom. Pasalnya, perkembangan fibroid rahim biasanya terjadi pada usia subur, yaitu ketika kadar kedua hormon ini sedang tinggi-tingginya. Setelah menopause, benjolan tersebut biasanya akan menyusut dengan sendirinya karena produksi kedua hormon sudah menurun.
- Perubahan genetik. Beberapa perempuan memiliki jaringan fibroid yang mengandung perubahan genetik yang berbeda dari sel otot rahim pada umumnya. Hal inilah yang bisa menjadi menjadi cikal bakal pertumbuhan fibroid rahim.
- Matriks ekstraseluler (ECM). ECM merupakan bahan yang membuat sel-sel dalam tubuh saling menempel. Peningkatan jumlah ECM pada jaringan fibroid adalah situasi yang membuat jaringan tersebut berserat hingga menjadi benjolan.
Baca Juga: Sakit Menstruasi yang Mengganggu? Waspada Miom!