Perlu Nggak Sih Pap Smear Rutin Kalau Tidak Aktif secara Seksual?
Pap smear atau pap test adalah prosedur untuk mengetahui atau mendeteksi adanya kanker serviks sedini mungkin pada perempuan. Penyakit ini sendiri umumnya disebabkan oleh human papillomavirus (HPV) yang menular melalui hubungan seksual. Itulah kenapa perempuan yang sudah aktif secara seksual disarankan untuk rutin melakukan pap smear. Nah, gimana kalau kamu belum aktif secara seksual? Apakah kamu tetap harus melakukan pap smear secara rutin?
Untuk tahu jawabannya, yuk simak ulasan lengkapnya dalam kelanjutan artikel ini!
Mengenal pap smear
Pemeriksaan potensi kanker serviks melalui pap test akan dimulai dengan pengambilan sampel sel serviks menggunakan alat higienis oleh obgyn. Setelah itu, sampel sel serviks akan ditempatkan ke dalam botol berisi larutan khusus untuk kemudian diperiksa di bawah mikroskop.
Melansir dari laman Mayo Clinic, pap test juga dapat digunakan untuk mendeteksi perubahan pada sel-sel serviks (atau prakanker) yang mengindikasikan adanya kemungkinan kanker di masa depan. Oleh sebab itu, pap smear kerap disebut sebagai langkah pertama untuk mendeteksi dan menghentikan perkembangan kanker serviks.
Baca Juga: Yuk, Bedah Mitos-Mitos Seputar Selaput Dara!
Kapan harus mulai pap smear?
Perguruan Tinggi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Amerika Serikat (ACOG) mengungkap, skrining potensi kanker serviks dengan pap test adalah salah satu langkah penting untuk merawat kesehatan alat reproduksi. Idealnya, setiap perempuan melakukan skrining ini mulai usia 21 tahun—terlepas sudah melakukan hubungan seksual atau belum.
Meski begitu, frekuensi dan kelengkapan skrining kanker serviks akan bergantung pada usia dan riwayat kesehatan setiap orang. Perempuan berusia 21–29 tahun disarankan untuk melakukan pap test saja setiap 3 tahun sekali. Ketika menginjak 25 tahun, seorang perempuan juga bisa melengkapi pap smear rutinnya dengan tes HPV sebagai langkah mendeteksi kanker serviks. Kombinasi kedua tes ini dapat dilakukan hingga usia 29 tahun. Saat berusia 30 hingga 65 tahun, seorang perempuan dapat melakukan pap test setiap 5 tahun sekali.
Menurut ACOG, penentuan usia pertama pap test (21 tahun) didasari oleh fakta bahwa sebagian besar kasus infeksi HPV terjadi setelah mereka melakukan hubungan seksual melalui vagina. Selain itu, kasus kanker serviks pada kelompok umur remaja (15–19 tahun) juga tidak sampai 1 dari 1.000 kasus. Alih-alih mencegah, pap smear di bawah usia 21 tahun mungkin berpotensi pada tindakan pengobatan kesehatan alat reproduksi yang tidak perlu.