Terdapat sebuah penelitian yang melibatkan 177 pasien COVID yang dirawat di Rumah Sakit Tongi di Shanghai, Tiongkok, dan diterbitkan dalam Reproductive BioMedicine Online pada Januari 2021 lalu. Berdasarkan penelitian tersebut, 45 peserta (25%) melaporkan adanya perubahan volume darah menstruasi. Di antara 45 orang tersebut, 36 orang mengalami periode menstruasi yang lebih berat sementara 9 lainnya lebih ringan.

Selain perubahan volume menstruasi,  50 dari 177 peserta (28%) melaporkan adanya perubahan siklus menstruasi. Sebagian besar menyatakan siklus menstruasi lebih panjang selama sakit sementara lainnya justru lebih pendek. Namun, pada pasien COVID dengan tingkat keparahan cukup tinggi cenderung memiliki siklus menstruasi lebih panjang yaitu lebih dari 37 hari.

Namun, para peneliti juga mengamati bahwa 84% peserta penelitian telah kembali ke volume normal menstruasi dan 99% peserta juga kembali memiliki panjang siklus menstruasi yang normal seperti semula, sekitar 1 hingga 2 bulan setelah terinfeksi COVID.

Berdasarkan studi lainnya yang dilakukan pada 127 wanita dengan usia subur di Arizona yang terinfeksi oleh COVID, 16% di antaranya melaporkan adanya perubahan menstruasi. Perubahan yang umum terjadi yaitu siklus menstruasi yang tidak teratur atau periode menstruasi yang lebih panjang. Semakin banyak gejala yang dirasakan oleh pasien COVID maka kemungkinan pergeseran atau perubahan menstruasi lebih besar terjadi.

Selain faktor stres, perubahan gaya hidup selama masa pandemi COVID juga bisa memengaruhi menstruasi. Adanya banyak pembatasan menyebabkan gaya hidup menjadi lebih pasif sehingga membuat risiko obesitas meningkat. Padahal meningkatnya berat badan, apalagi jika sampai obesitas, bisa menjadi pemicu terjadinya gangguan menstruasi.

Baca Juga: Benar Gak Sih Stres Berpengaruh ke Siklus Menstruasi?

Pengaruh Vaksin COVID Pada Menstruasi

Adanya vaksin COVID sangat membantu meredam virus ini sehingga kondisi semakin baik dari waktu ke waktu. Bahkan saat ini WHO (World Health Organization) sudah menyatakan bahwa COVID tidak lagi masuk ke dalam kategori public health emergency of international concern (PHEIC) atau masalah kesehatan darurat yang membutuhkan perhatian secara internasional.

Namun, ada kabar yang beredar bahwa vaksin COVID dapat memengaruhi menstruasi seseorang dan juga sistem reproduksi. Jadi, apakah pernyataan tersebut memang benar?

Tidak banyak penelitian mengenai hubungan menstruasi dengan vaksin COVID karena menstruasi tidak termasuk kategori yang dianalisa saat meneliti vaksin COVID. Meskipun begitu, dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan, disimpulkan bahwa dampak vaksin COVID terhadap menstruasi sangat kecil.

Kesimpulan tersebut didasarkan pada penelitian yang pernah dilakukan pada 4.000 orang yang menerima vaksin COVID di Amerika Serikat. Menurut penelitian tersebut, siklus menstruasi bergeser hanya kurang dari sehari setelah suntikan vaksin pertama, dan bergeser sekitar 2 hari jika vaksin kedua diberikan dalam siklus menstruasi yang sama. Hasil yang serupa juga didapatkan pada penelitian selanjutnya yang melibatkan 20.000 wanita di Amerika Utara dan Eropa.

Beberapa penelitian lain yang pernah dilakukan di beberapa negara lainnya, seperti di Norwegia dan Inggris juga mendapatkan kesimpulan yang serupa, yaitu pengaruh vaksin COVID dengan menstruasi cukup kecil.