Menyusui Bisa Kurangi Risiko Endometriosis
Girls, kamu pernah dengar tentang endometriosis nggak sih? Endometriosis adalah gangguan reproduksi yang nggak bisa disembuhkan. Hal ini terjadi ketika jaringan lapisan dinding rahim (endometrium) tumbuh dan menumpuk di luar rahim.
Dalam keadaan normal, jaringan ini bakal terbentuk dan menebal menjelang ovulasi. Proses ini terjadi supaya calon janin bisa menempel pada rahim kalau terjadi pembuahan. Tapi, kalau nggak terjadi pembuahan, endometrium yang udah menebal ini bakal dikeluarkan dari tubuh. Inilah yang kamu kenal sebagai menstruasi. Pertumbuhan endometrium di luar rahim bisa menyebabkan gangguan luar biasa, antara lain: nyeri panggul dan menstruasi yang sangat hebat, serta nyeri selama hubungan seksual.
Tapi tenang aja, Girls! Para peneliti dari Brigham and Women’s Hospital di Inggris, telah menemukan bahwa ada metode yang bisa menurunkan risiko terjadinya endometriosis pada perempuan, apalagi perempuan yang sudah menikah dan melahirkan. Penemuan ini telah dilaporkan dalam the BMJ (the British Medical Journal) pada akhir tahun 2018.
Data yang digunakan para peneliti adalah Nurses’ Health Study II (NHSII) yang sudah dikumpulkan sejak tahun 1989. Penelitian ini menemukan bahwa risiko endometriosis pada perempuan yang pernah memberikan ASI relatif lebih rendah, dibanding perempuan pada umumnya.
Penulis laporan penelitian, Dr. Leslie Farland, mengatakan, “Kami menemukan bahwa perempuan yang menyusui lebih lama, cenderung mengalami risiko endometriosis yang lebih rendah. Endometriosis adalah gangguan kesehatan kronis yang memicu gangguan kesehatan reproduksi. Berdasarkan data, nyaris 10% perempuan di Amerika, mengidap gangguan ini.”
Dr. Leslie Farland dan kolega juga mengatakan bahwa ibu yang menyusui biasanya mengalami penundaan menstruasi, sehingga beberapa jenis hormon yang berperan menyebabkan endometriosis, antara lain: oxytocin, estrogen, dan gonadotropin cenderung rendah.
Dalam peneltian itu, digunakan data responden NHSII yang mengalami satu kali persalinan selama periode pengumpulan data, dan nggak menggunakan data responden yang didiagnosa mengalami endometriosis, juga kanker sebelum periode pengumpulan data dimulai pada tahun 1989. Total data yang dianalisa adalah sebanyak 72.394.
Para peneliti mengamati 3.296 responden perempuan yang didiagnosa mengalami endometriosis setelah kehamilan pertama, dan telah dikonfirmasi melalui pemeriksaan laparoskopi. Karena hasil jawaban angket NHSII sangat detail, para ahli bisa memastikan banyak hal mulai dari lama menyusui bayi, periode ASI eksklusif, dan berapa lama mengalami penundaan menstruasi setelah melahirkan.
Dari pengamatan ini, para peneliti menemukan bahwa para perempuan akan mengalami penurunan 8% risiko endometriosis setiap tiga bulan periode masa menyusui. Sementara untuk para perempuan yang memberi ASI eksklusif bayinya selama 18 bulan atau lebih, risiko endometriosisnya akan turun lebih rendah menjadi 30%. Mereka juga menemukan bahwa perempuan yang menyusui selama tiga tahun atau lebih, akan mengalami penurunan risiko endometriosis sebesar 40%, dibanding perempuan yang nggak menyusui.
Karena sampai saat ini faktor pemicu endometriosis belum bisa dipastikan, maka penemuan ini menyebabkan para ahli menjadikan menyusui sebagai salah satu cara untuk mengantisipasi endometriosis pada perempuan setelah melahirkan. Proses ini sangat mungkin terjadi karena menyusui bisa mengubah komposisi hormon di dalam tubuh perempuan, termasuk hormon yang terbukti berperan dalam pembentukan endometriosis.
Sayangnya, penelitian ini nggak melibatkan perempuan yang sudah didiagnosa mengidap endometriosis sebelum mereka hamil. Tapi untungnya, para peneliti tertarik untuk meneliti apakah menyusui bisa meringankan gejala endometriosis pada perempuan yang sudah mengidap endometriosis sebelum hamil dan melahirkan.
Nah, sekarang kamu jadi lebih paham tentang endometriosis kan, Girls? Walaupun endometriosis bukan penyakit yang bisa disembuhkan, tapi senggaknya dengan menyusui bisa menurunkan tingkat risikonya. Ingat ya, hal ini cuma berlaku buat kamu yang memang udah pernah hamil dan melahirkan!
Yuk, share artikel ini ke teman-temanmu yang lain, supaya mereka juga bisa tau tentang info penting ini!