Kalau membicarakan soal gangguan atau efek samping menstruasi, hal pertama yang terpikir oleh kamu dan banyak perempuan lain pasti PMS. Soalnya, kondisi ini menyerang sebagian besar perempuan di masa menstruasi. Akan tetapi, ada sepuluh persen dari populasi perempuan yang mengalami gangguan mood lain saat menstruasi, lho! Namanya PMDD. Apa itu? Yuk, simak ulasan lengkapnya dalam artikel ini.
Mengenal PMDD
Premenstrual dysphoric disorder adalah bentuk ekstrem dari premenstrual syndrome (PMS). Jadi, gangguan mood PMDD akan membuat seorang perempuan merasakan kembung, sakit kepala, juga nyeri payudara satu–dua pekan sebelum menstruasi dan dibarengi dengan kecemasan yang parah, depresi, dan perubahan suasana hati.
Kondisi PMDD, seperti PMS, akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa hari setelah menstruasi dimulai. Hanya saja, gangguan-gangguan mood tersebut bisa cukup menghambat hari-hari pengidapnya. Asosiasi Internasional untuk Gangguan Pramenstruasi (IAPMD) mengestimasikan ada 15% perempuan dengan PMDD yang mencoba bunuh diri sekali dalam hidupnya.
Penyebab Premenstrual dysphoric disorder
Hingga saat ini, para ahli kesehatan masih belum tahu pasti mengapa ada sedikit perempuan yang mengalami Premenstrual dysphoric disorder. Hipotesis terkini mereka, gangguan mood ini dipicu oleh penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron setelah ovulasi dan sebelum periode menstruasi.
Pergerakan kedua hormon tersebut sebetulnya terjadi secara alami pada semua perempuan. Namun, keduanya akan memengaruhi zat kimia otak bernama neurotransmitter yang memproduksi serotonin dan dopamin; yaitu dua senyawa kimia yang mengatur suasana hati, kesedihan, kecemasan, dan masalah tidur seseorang.
Menariknya, sebuah jurnal penelitian dalam National Library of Medicine menemukan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara volume hormon estrogen dan progesteron yang turun pada orang dengan PMDD dan tidak. Oleh karena itu, para ahli medis berasumsi jika faktor genetik juga menjadi salah satu pemicu PMDD pada sebagian kecil perempuan.
Gejala-Gejala Premenstrual dysphoric disorder
Mengutip Medical News Today dan Cleveland Clinic, gejala atau tanda Premenstrual dysphoric disorder dapat berupa:
- depresi berat, kecemasan, dan lekas marah;
- serangan panik;
- perubahan suasana hati yang parah;
- sering menangis;
- kehilangan minat pada aktivitas dan orang-orang lain;
- sulit berkonsentrasi;
- kelelahan dan kehabisan energi; sampai
- depresi dan pikiran untuk bunuh diri.
Cara Mengatasi Premenstrual dysphoric disorder
Lalu, apakah pengidap PMDD bisa mengatasi sendiri gangguan mood itu? Tenang saja, orang dengan Premenstrual dysphoric disorder dapat melakukan beberapa pengobatan mandiri dan perawatan diri di rumah seperti berikut untuk membantu meringankan perasaan depresi menjelang menstruasi:
Olahraga.
Melakukan aktivitas fisik di kala tubuh sedang mengalami gejala PMS (dan PMDD) rasa-rasanya akan sangat melelahkan. Akan tetapi, berolahraga ringan – seperti berjalan kaki, melakukan peregangan, atau berlatih yoga – selama 30 menit dalam sehari saja bisa membantu meringankan gejala depresif, lho.
Relaksasi.
Cara lain yang dapat dicoba untuk mengatasi PMDD adalah relaksasi, seperti relaksasi otot progresif, latihan pernapasan, meditasi, pijat, menghidu aromaterapi, hingga menulis jurnal. Trik-trik sederhana ini dinilai mampu mengurangi gejala depresif sebelum masa menstruasi datang.
Bantuan emosional.
Halaman Selanjutnya
1 2