Ini Bahaya Hamil di Luar Kandungan!
Apakah kamu pernah mendengar istilah hamil di luar kandungan? Nah kondisi ini disebut juga dengan hamil ektopik. Apa saja penyebab dari hamil ektopik dan apa bahayanya bagi kita? Yuk, disimak info berikut ini, girls!
Apa itu hamil ektopik
Hamil ektopik adalah hamil di luar kandungan atau rahim. Kondisi ini menyebabkan perdarahan dari vagina dan nyeri hebat di panggul atau perut bawah. Kehamilan ektopik harus segera ditangani karena dapat berbahaya. Selain itu, janin juga biasanya gak akan berkembang dengan normal.
Pada hamil ektopik, sel telur yang telah dibuahi gak menempel pada rahim, melainkan pada organ lain. Tuba falopi adalah organ yang paling sering ditempeli sel telur pada kehamilan ektopik. Selain tuba falopi, kehamilan ektopik juga bisa terjadi di indung telur, leher rahim (serviks) atau di rongga perut.
Ciri-ciri hamil ektopik
Gejala hamil ektopik bisa saja sama dengan kehamilan normal pada tahap awal, tapi biasanya ditambah gejala penyerta lainnya. Berikut ini adalah ciri-ciri hamil ektopik yang perlu kamu tahu.
Pada awalnya, perempuan yang mengalami kondisi ini akan mengalami gejala-gejala normal seperti kehamilan biasa. Misalnya, menstruasi yang gak kunjung datang, pembengkakan payudara, dan mual-mual.
Bedanya, hamil ektopik ada gejala penyerta yang lain dari biasanya. Gejala awal ini bisa disertai rasa gak nyaman di panggul dan pendarahan ringan dari vagina. Selain itu, ciri-ciri lain yang mungkin timbul adalah sakit perut dan gejala-gejala yang mirip gangguan pencernaan.
Gejala-gejala ini spesifik tergantung dari lokasi perdarahan dan saraf apa yang terpengaruh. Ciri-ciri hamil di luar kandungan lainnya yang kemungkinan akan kamu rasakan adalah:
-
Rasa nyeri pada perut bawah pada salah satu sisi.
-
Rasa tertekan pada rektum saat BAB.
-
Sensasi tidak nyaman ketika buang air kecil.
-
Nyeri bahu.
-
Telapak kaki dan tangan terasa dingin.
-
Pandangan kunang-kunang.
-
Tubuh terlihat pucat.
-
Detak jantung sangat kencang.
Apabila terjadi ciri-ciri hamil di luar kandungan berupa pendarahan, kamu harus mendapatkan penanganan secepat mungkin. Jika hal ini terjadi, segera bawa ke rumah sakit terdekat.
Penyebab hamil ektopik
Perempuan yang mengalami gangguan hamil ektopik mungkin gak mengetahui hal yang menjadi penyebabnya. Walau begitu, salah satu penyebabnya bisa berupa tuba falopi yang rusak.
Hal tersebut bisa mencegah telur yang dibuahi masuk ke dalam rahim dan membiarkannya tertanam di tuba falopi atau di tempat lain.
Selain itu, perempuan lebih cenderung mengalami kehamilan ektopik jika memiliki salah satu dari gangguan berikut:
-
Penyakit radang panggul.
-
Penyakit menular seksual.
-
Bekas luka dari operasi panggul sebelumnya.
-
Riwayat kehamilan ektopik.
-
Ligasi pengikatan tuba yang gagal.
-
Gunakan obat kesuburan.
-
Perawatan infertilitas seperti fertilisasi in vitro.
Bahaya hamil ektopik
Hamil ektopik dapat berisiko dan berbahaya bagi kesehatan. Berikut ini adalah berbagai komplikasi dan dampak hamil di luar kandungan yang perlu kamu waspadai.
1. Pecahnya tuba falopi
Hamil ektopik berisiko menyebabkan tuba falopi pecah. Komplikasi ini bisa terjadi secara tiba-tiba dan bisa disertai gejala berupa nyeri hebat di bagian panggul atau perut dengan atau tanpa perdarahan hebat, pucat, lemas, dan pingsan.
2. Penurunan tingkat kesuburan
Kondisi hamil ektopik, terlebih yang telah terjadi berulang kali, bisa menyebabkan saluran tuba falopi rusak dan gak berfungsi dengan baik. Hal ini bisa memengaruhi kesuburan dan meningkatkan risiko kesuburan pada wanita. Jika salah satu tuba falopi dalam kondisi baik, seorang wanita yang pernah mengalami hamil di luar kandungan masih memiliki peluang untuk hamil sekitar 60%.
3. Risiko hamil di luar kandungan berulang
Jika seorang perempuan pernah mengalami hamil di luar kandungan sebelumnya, risiko untuk mengalaminya kembali di kehamilan berikutnya cukup tinggi. Oleh karena itu, kamu disarankan untuk lebih waspada saat menjalani program hamil terutama kalau pernah mengalami riwayat hamil ektopik.
4. Stres dan depresi
Mengalami hamil ektopik merupakan hal yang menakutkan bagi sebagian perempuan dan gak jarang menimbulkan trauma tersendiri. Kondisi ini bisa membuat kita takut untuk hamil lagi
Namun, kamu sebaiknya gak perlu khawatir karena sebagian besar wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik masih bisa hamil kembali.
Hamil di luar kandungan gak sepenuhnya bisa dicegah, tetapi kondisi ini dapat dideteksi sejak dini dengan rutin melakukan konsultasi kehamilan ke dokter kandungan. Untuk mengevaluasi kondisi kehamilan dan menentukan apakah kamu mengalami hamil ektopik, dokter bisa melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang meliputi tes darah dan USG kehamilan. Jika memang terjadi hamil ektopik, dokter akan melakukan tindakan dan saran yang sesuai.
Kasus hamil ektopik
Salah satu saran untuk kasus hamil ektopik yang selama ini terjadi biasanya selalu berakhir dengan pengangkatan embrio. Hal tersebut tentu menjadi pukulan besar bagi ibu yang mengandung. Dengan bahaya yang dapat mengancam keselamatan ibu tersebut, kehamilan ektopik gak bisa dipertahankan lebih lama.
Namun, di belahan dunia lain, terdapat satu kisah mengharukan yang dialami oleh Paula Cawte. Ia mengalami hamil ektopik yang menjadi mimpi buruk bagi setiap ibu. Saat itu dokter memberi dua pilihan yang begitu berat.
Pilihan tersebut adalah mengakhiri kehamilan atau mempertahankan dengan risiko kematian bagi Cawte. Cawte dan suaminya nekat memilih untuk mencoba mempertahankan kehamilan berisiko tersebut. Dengan ajaib, kehamilannya pun menjadi kisah yang menakjubkan karena bayinya dapat dilahirkan prematur dalam usia kehamilan 30 minggu.
Cawte sendiri hampir meninggal di atas meja operasi karena kehabisan darah, sedangkan Eva (anaknya) langsung dimasukkan ke inkubator dan dibawa ke ruang perawatan khusus hingga akhirnya diizinkan keluar setelah tiga bulan dan berkembang secara normal.
Semoga cerita Cawte bisa menjadi pengingat dan penguat bagi siapa saja yang sedang mengalami hamil ektopik serta menjadi pengingat bagi kamu yang sedang mengandung untuk selalu menjaga kondisi kesehatan kehamilan dengan konsultasi berkala ke dokter kandungan.