Apakah Kehamilan Anak Kembar Bisa Direncanakan?
Banyak orang mengatakan, memiliki anak kembar itu ada hubungannya dengan garis keturunan kembar dalam keluarga, di mana orang yang memiliki orang tua atau pendahulu kembar berpotensi lebih tinggi untuk bisa mempunyai keturunan kembar juga. Benarkah hal tersebut? Lalu bisakah pasangan suami istri yang bukan keturunan kembar merencanakan kehamilan anak kembar? Yuk, cari tahu fakta dan informasinya dalam artikel ini!
Benarkah anak kembar itu keturunan?
Mitos tentang kehamilan anak kembar yang dipengaruhi oleh garis keturunan keluarga ternyata memang ada benarnya. Akan tetapi, fakta ini hanya berlaku untuk jenis kembar fraternal (atau kelahiran anak kembar yang terbentuk dari dua sel telur berbeda) yang berasal dari garis keturunan ibu.
Menurut Nick Martin dan Grant Montgomery, peneliti senior yang mengkhususkan pada studi tentang anak kembar di Queensland Institute of Medical Research, hal tersebut disebabkan oleh faktor gen tertentu yang dapat meningkatkan risiko ovulasi ganda (hyperovulation) pada seorang wanita. Hyperovulation sendiri merupakan kondisi di mana seorang wanita melepaskan dua atau lebih sel telur dalam setiap siklus menstruasi.
Di sisi lain, ayah atau pendahulu ayah yang kembar tidak meningkatkan peluang memiliki anak kembar untuk pasangan ataupun keturunannya kelak. Hal yang sama juga berlaku untuk jenis kembar identik. Sebab, sebagian besar kasus kembar identik adalah kejadian spontan yang terbentuk saat proses pembuahan.
Baca Juga: Merencanakan Jenis Kelamin Anak, Apakah Bisa?
Faktor-Faktor yang Meningkatkan Kehamilan Anak Kembar
Setiap tahunnya, ada 1 kelahiran anak kembar dari setiap 42 kelahiran di dunia ini (BBC News). Data ini menunjukkan bahwa kemungkinan konsepsi anak kembar itu sangat kecil. Meski begitu, beberapa faktor berikut diyakini dapat meningkatkan kehamilan anak kembar:
- Usia wanita saat hamil. Wanita yang mengandung pada usia di atas 30 atau 40 tahun punya potensi hamil anak kembar yang lebih tinggi. Sebab, perubahan hormon pada usia menjelang menopause dapat mendorong tubuh wanita melepaskan lebih dari satu sel telur saat masa ovulasi.
- Tinggi badan. Menurut sejumlah peneliti, wanita yang memiliki tinggi badan di atas rata-rata juga memiliki kemungkinan hamil anak kembar yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh faktor pertumbuhan insulin tertentu.
- Berat badan. Sebuah penelitian di tahun 2016 pada ibu hamil di Norwegia menemukan bahwa kemungkinan konsepsi anak kembar itu lebih tinggi pada wanita dengan BMI di atas 25.
- Diet atau konsumsi makanan. Wanita yang mengonsumsi produk susu, baik itu susu, keju, dan lainnya, berpotensi memiliki anak kembar yang lebih tinggi dibandingkan wanita vegan. Menurut penelitian, hal ini juga didukung oleh faktor pertumbuhan insulin tertentu yang berasal dari susu sapi.
- Hamil di masa menyusui. Wanita yang hamil di masa menyusui juga berpotensi untuk memiliki anak kembar. Sebab, prolaktin atau hormon yang diproduksi tubuh saat menyusui dapat meningkatkan peluang hamil dan mengandung anak kembar.