Apa Itu Kemiskinan Menstruasi dan Bagaimana Dampaknya Bagi Remaja?
Kemiskinan identik dengan masalah ekonomi, tapi tahu gak sih kalau ternyata istilah ini juga bisa digunakan untuk hal yang berkaitan dengan menstruasi? Yap, kemiskinan menstruasi merupakan hal yang umum dialami oleh banyak perempuan saat ini, termasuk remaja. Tidak hanya di Indonesia saja, tetapi juga di beberapa negara lainnya. Namun, apa ya sebenarnya kemiskinan menstruasi itu?
Apa Itu Kemiskinan Menstruasi?
Kemiskinan menstruasi adalah kurangnya atau sulitnya akses yang berkaitan dengan menstruasi, baik itu produk pendukung seperti pembalut, fasilitas, edukasi atau informasi, dan kombinasi keseluruhannya.
Beberapa hal penting berkaitan dengan menstruasi yaitu:
- Kemampuan untuk menyediakan produk kebutuhan selama menstruasi, seperti pembalut dan obat pereda nyeri
- Akses informasi seputar menstruasi, seperti cara memilih pembalut dan perawatan area kewanitaan saat menstruasi
- Fasilitas untuk membantu kebersihan saat menstruasi, seperti tersedianya air bersih dan tempat pembuangan khusus pembalut.
- Lingkungan yang mendukung untuk tetap dapat beraktivitas secara normal selama menstruasi
Dampak Kemiskinan Menstruasi Bagi Remaja
Berdasarkan data World Bank, terdapat setidaknya 500 juta perempuan di seluruh dunia yang mengalami kemiskinan menstruasi. Sementara menurut data UNESCO, 1 dari 10 perempuan usia sekolah, tidak masuk sekolah di masa siklus menstruasi karena kurangnya akses pada produk menstruasi.
Sementara, berdasarkan hasil riset yang dilakukan Burnet Institute, terdapat 41% remaja perempuan yang menyembunyikan sedang menstruasi karena merasa malu, terutama dari remaja laki-laki. Rasa khawatir bocor atau merasa dirinya bau saat menstruasi membuat mereka tidak percaya diri dan memilih menarik diri selama menstruasi atau menyembunyikannya.
Hal ini tentunya akan berdampak besar pada kesehatan psikologis remaja tersebut. Selain itu, dapat membuat pendidikannya terganggu jika selalu tidak masuk setiap kali menstruasi datang, sehingga dapat memengaruhi masa depannya.
Baca Juga: Adakah Pengaruh Menstruasi dengan Kondisi Psikosis?
Penyebab Terjadinya Kemiskinan Menstruasi
Ada beberapa hal yang menyebabkan tingginya angka kemiskinan menstruasi di sebuah negara, termasuk Indonesia, di antaranya:
- Topik Menstruasi Dianggap Tabu
Seberapa sering kamu membicarakan masalah menstruasi di tempat umum? Banyak orang yang masih menganggap bahwa menstruasi maupun reproduksi merupakan topik yang tabu sehingga cenderung dibicarakan secara diam-diam, terutama jika ada banyak laki-laki di area tersebut.
Kondisi ini membuat banyak perempuan yang masih merasa malu ketika mencari informasi seputar menstruasi, atau bingung mencari orang untuk diajak berdiskusi. Khususnya remaja perempuan yang baru pertama kali mengalami menstruasi.
- Mengalami Masalah Finansial
Bagi beberapa orang dengan kondisi finansial yang baik, menyediakan produk pendukung menstruasi bukan hal yang sulit. Kamu bisa membelinya di pasar, super market, atau online. Namun, untuk orang yang memiliki penghasilan terbatas, menyediakan produk menstruasi bukan hal mudah.
Misalnya secara rata-rata kamu menstruasi selama 7 hari setiap bulannya, maka kamu harus mengganti pembalut setiap 4 jam sekali dalam kondisi normal. Artinya, dalam satu hari setidaknya kamu membutuhkan 6 pembalut dan dalam satu bulan kamu membutuhkan 42 pembalut. Bagi sebagian orang, ini bukanlah jumlah yang sedikit dan sulit untuk memenuhinya.
Mengatasi Kemiskinan Menstruasi
Untuk bisa mengatasi kemiskinan menstruasi, diperlukan kerjasama dari berbagai pihak, dari mulai keluarga, lingkungan, dan juga pemerintah. Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi angka kemiskinan menstruasi:
- Edukasi Menstruasi Sejak Dini
Edukasi menstruasi bisa dimulai sejak usia dini ketika anak mulai mengerti. Terutama ketika anak mulai memasuki usia pubertas, maka keluarga khususnya ibu atau saudara perempuan bisa mulai memberikan edukasi mengenai menstruasi. Dengan begitu, anak akan memahami apa yang harus dilakukan ketika menstruasi datang dan tidak merasa takut atau malu karena menstruasi.
Ada baiknya juga, jika anak laki-laki juga diedukasi mengenai menstruasi yang dialami oleh perempuan. Dengan begitu, mereka bisa membantu menciptakan lingkungan yang tetap nyaman bagi perempuan di masa menstruasi, sehingga mereka tidak perlu menutupinya.
- Normalisasi Topik Seputar Menstruasi
Jadikan topik menstruasi seperti topik lain yang bisa dibahas kapan saja dan di mana saja. Sebab, mungkin saja ada remaja perempuan yang tidak mendapatkan edukasi seputar menstruasi dari orang tuanya karena suatu hal, sehingga kesulitan mendapatkan informasi seputar menstruasi. Dengan menjadikan topik menstruasi sebagai sesuatu yang normal, maka remaja tersebut akan lebih mudah mencari teman untuk berdiskusi.
- Saling Berbagi Produk Menstruasi
Tidak semua orang mampu menyediakan produk menstruasi. Misalnya seperti orang dengan penghasilan terbatas, atau yang sedang terkena musibah seperti bencana alam. Jika memungkinkan, kamu bisa membantu dengan memberikan produk menstruasi secara gratis pada orang-orang tersebut. Atau, jika kamu tahu ada orang di sekitarmu yang mengalami kesulitan menyediakan produk menstruasi, maka kamu juga bisa membantunya.