Sebuah penelitian jangka panjang yang dilakukan para peneliti di Public Health Institute of Berkeley, California, yang diadakan sejak tahun 1959, dan memantau kesehatan setiap responden sampai rata-rata berusia 50 tahun, menemukan bahwa responden yang siklus menstruasinya nggak teratur memiliki risiko 2,4 kali lipat lebih besar mengidap kanker ovarium.

Fakta ini memicu kontroversi, karena sebelumnya para ahli kesehatan kebidanan beranggapan bahwa semakin jarang seorang perempuan mengalami ovulasi, yang berarti semakin jarang mengalami menstruasi, maka semakin kecil risikonya mengalami kanker ovarium. Para peneliti memberi catatan, bahwa tentu aja kondisi ini nggak berlaku pada perempuan yang udah memasuki fase perimenopause, yaitu mengalami siklus menstruasi yang berubah-ubah.

Berdasarkan data WHO, kanker ovarium adalah jenis kanker yang relatif kecil risikonya dialami perempuan. Tingkat kejadiannya adalah 1:71, dibandingkan kanker payudara yang tingkat kejadiannya 1:8. Tapi gejala kanker ovarium nggak nyata atau nggak gampang terlihat, sehingga biasanya baru terdeteksi di tahap lanjut.

Supaya nggak telat mendiagnosa, para ahli kesehatan kebidanan menyarankan setiap perempuan untuk mengenal siklus menstruasinya dengan cara membuat catatan. Data tersebut nantinya bakal berguna untuk membantu dokter menganalisa keteraturan siklus menstruasimu, Girls.

So, mulai sekarang jangan anggap sepele kalau siklus menstruasimu mulai nggak teratur ya, Girls! Kamu harus lebih peka sama tubuhmu sendiri, supaya kesehatanmu tetap terjaga dan nggak kena penyakit apapun! Keep your healthy, Girls!

Jangan lupa juga untuk share info ini ke teman-temanmu yang lain ya!